Cacing African Night Crawler (Eudrilus Eugene)

       Satu lagi jenis cacing yang biasa di jadikan pilihan budidayakan oleh para peternak cacing yaitu Cacing African Night Crawler atau dikenal Eudrilus Eugene, seperti namanya cacing ini berasal dari dataran hangat benua afrika yang telah banyak dikembangkan untuk keperluan ternak diberbagai penjuru dunia.
       Ukuran Cacing African Night Crawler (ANC) sangat besar, lebih besar dari Cacing Fosfor atau sekitar dua kali dari besar Cacing merahCacing Merah. Mungkin anda akan terkejut melihat perbandinganya bila semua jenis cacing tanah disandingkan. Di usia dewasa panjang cacing (ANC) mencapai 35Cm dengan bentuk tubuh pipih sebesar pensil. Kembang biak cukup cepat, namun sesuai ukurannya juga cacing ini jadi makan lebih banyak dibandingkan Cacing Biru maupun Cacing Merah, namun tetap saja faktor makan, suhu dan kelembaban udara sangat berpengaruh meskipun Cacing ANC mentolerir suhu hingga 32℃.
      Dalam sebuah penelitian menunjukan cacing ANC ini berkembang lebih cepat daripada cacing merah dan nafsu maknanya yang tinggi membuat cacing African Night Crawler (ANC) sebagai produsen kascing yang hebat. oleh sebab itu,  dalam pemanfaatannya cacing ANC lebih banyak digunakan untuk keperluan pakan atau umpan dan pengkomposan (vermicomposting).
      Di Indonesia cacing ini belum terlalu populer padahal iklim tropis indonesia bisa sangat mendukung pertumbuhan cacing ANC seperti suhu hangat dan udara lembab daripada dataran eropa yang umumnya bersuhu dingin.

Baca Juga :
Cacing Merah dan Jenis Cacing yang Dibudidayakan
Cacing Biru
Cacing Fosfor
Prospek Budidaya Cacing Sutra
Proses Pembuatan Tepung Cacing

Cacing Tiger ( Eisenia Foetida )

      Cacing Tiger/Eisenia Foetida merupakan cacing yang berasal dari daratan eropa, namun seiring berjalannya waktu cacing ini mulai tersebar di seluruh benua (kecuali antartika ) secara tidak sengaja.
Cacing Tiger/Eisenia Foetida
      Cacing Tiger juga salah satu jenis cacing yang banyak di budidayakakan. Di eropa dan amerika cacing ini cukup populer digunakan untuk Vermingcomposting/pembuatan kompos dari kotoran cacing (cacing sebagai pengurainya).
      Habitat alami Cacing Tiger adalah tanah humus yang lembab serta banyak mengandung bahan organik. Dilihat dari Anatomi tubuh Cacing tiger sebenarnya hampir sama seperti bentuk anatomi cacing tanah pada umumnya, hanya saja cacing ini mempunyai corak putih yang melingkar hampir sekujur tubuhnya.
      Dari sisih prilakunya cacing ini mirip dengan Cacing Merah/Lumbricus Rubellus bergerak agak lambat dibanding jenis Cacing Liar/Cacing Biru, memang umumnya cacing dari daratan eropa seperti itu.
      Selain corak ciri khas Cacing Tiger adalah mereka akan mengeluarkan cairan berbau menyengat dalam keadaan tertentu yang di duga sebagai bentuk pertahanan diri terhadap predator, ciri khas ini juga yang membuat cacing ini sering disebut cacing busuk.

Baca Juga :

Cacing Fosfor
Mengenal Cacing Sutra
Proses Pembuatan Tepung Cacing


Cacing Liar/Cacing Biru ( Perionyx Excavatus )

     Nah ini nih kembaran si Cacing Merah ( Lumbricus Rubellus ), sekilas cacing ini sangat mirip dengan cacing merah tapi kalau dicermati dengan seksama banyak perbedaan mendasar baik fisik maupun sifatnya.
Cacing Cacing Biru ( Perionyx Excavatus)
jika dilihat dari segi fisik Cacing Liar atau Cacing Biru mempunyai bentuk tubuh yang bulat, ukuran juga sedikit lebih besar dan panjang dari Cacing Merah di usia dewasa dan warna cacing ini sama merahnya dengan si Cacing merah namun lebih mengkilap kebiruan oleh karena itu cacing ini juga disebut Cacing Biru.
        Berdasarkan sifatnya cacing ini sedikit berbeda dengan Lumbricus Rubellus/Cacing Merah. Cacing Biru cenderung lebih gesit, lebih suka explore atau suka menjelajah dan berkembanganbiak lebih cepat.
        Cacing ini merupakan cacing lokal yang banyak di temukan dibawah tumpukan sampah, jerami dan pelepah pisang yang sudah lapuk dan tempat-tempat lainnya yang banyak mengandung bahan organik , karena cacing ini mudah ditemukan tanpa budidaya orang-orang juga sering menyebutnya Cacing Liar.
Cacing Biru juga sering dijadikan pilihan alternatif budidaya karena memang mempunyai beberapa keunggulan tertentu

  1. Cacing ini bisa makan lebih banyak dan lebih cepat dari jenis lainya, maka cacing ini sangat cocok untuk peternak yang orientasinya pada pupuk organik/kascing (pupuk bekas cacing).
  2. Cacing ini juga punya kemampuan berkembang biak dengan sangat cepat maka cacing ini bisa juga dimanfaatkan untuk kebutuhan rasum/pakan hewan ternak lainya.
        Namun karena semua sifat cacing biru itu juga membawa tantangan tersendiri bagi para peternak cacing jenis ini, tantangan tersebut ialah banyaknya kebutuhan makanan cacing yang harus dipenuhi serta model kandang yang harus menyesuaikan sifat cacing ini yang sangat aktif.
Jika lingkungan anda terdapat bahan organik yang melimpah seperti dekat pasar atau kandang sapi atau kandang kambing maka tidak ada salahnya memilih Cacing Biru sebagai pilihan ternak anda.

        Jika anda tertarik untuk membudidayakan, silahkan mencobanya. Untuk cara dan perawatannya hampir sama dengan Cacing Merah/Lumbricus Rubellus di artikel saya sebelumnya.
Selamat mencoba...

Prospek Budidaya Cacing Sutra

           Anda yang sebelumnya pernah atau mengenal budidaya ikan hias atau ikan konsumsi jenis sidat, belut dan sebagainya sudah pasti memahami betapa bergunanya makhluk kecil ini untuk perkembangan budidaya ikan mereka.
ya...menang benar cacing sutra adalah makanan utama bagi jenis ikan air tawar.
Selain cacing ini nakanan kesukaan para ikan cacing ini terbukti memiliki kandungan protein tinggi yang dapat mempercepat pertumbuhan ikan.
Biasanya para pembudidaya ikan ini hanya khusus pembibitan dan pembesaran ikan saja mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan pakan sendiri, para pembudidaya biasa mendapatkan pakan dari para penyuplai Cacing Sutra di lingkungan sekitar mereka.
Perlu diketahui bahwa selama ini mereka para pembudi daya ikan mendapatkan cacing sutra dari para pengepul cacing sutra yang masih menggantungkan alam untuk menyuplai kebutuhan para pembudidaya ikan kita bisa menyebutnya Pemburu Cacing Sutra. mereka (para Pemburu Cacing Sutra) biasa mencari di got, selokan dan kali-kali kecil ber arus lemah.
ada kelebihan dan kekurangan bagi para penyuplai Cacing Sutra yang masih menggunakan cara berburu di alam untuk memenuhi kebutuhan pasar diantaranya :
  1. Berburu cacing sutra di alam erat kaitannya dengan cuacah dan musim, biasanya bila tiba musim penghujan Cacing sutra sulit untuk didapatkan ini karna pasangnya air di saluran got dan sungai-sungai membuat pandangan para pemburu cacing sutra terbatas, derasnya air sungai juga membuat cacing sutra ikut terbawa arus.
  2. Cacing Sutra yang terdapat di alam biasanya masih banyak mengandung bakteri patogen yang bisa mengganggu kesehatan ikan para pembudidaya. Karna meman seperti yang kita tahu bahwa selokan dan got biasanya memang difungsikan untuk saluran pembuangan limbah yang tidak terkontrol. Untuk itu Cacing Sutra yang terdapat di alam perlu di karantina terlebih dahulu sebelum diberikan untuk ikan-ikan para pembudidaya.
Dari sisi keuntungan mungkin hanya lebih sedikitnya modal dan peralatan yang dibutuhkan oleh penyuplai Cacing Sutra alam. Ini jelas sangat berbeda bila kita mensuplai Cacing Sutra dengan metode budidaya/ternak karena hasil yang lebih konsisten dan dapat dikontrol perkembangannya.

Nah dari situ pula kita bisa melihat bahwasanya memang ada peluang usaha menjanjikan, apa lagi saat ini semakin maraknya budidaya ikan baru bermunculan baik ikan hias maupun jenis ikan konsumsi, di satu keadaan tertentu seperti musim hujan ketersediaan Cacing Sutra dipasaran jelas sangat terbatas ini menyebabkan fluktuasi/ naik-turunnya harga Cacing Sutra. Semua itu mendorong semakin tingginya permintaan Cacing Sutra.
Harga Cacing Sutra terbilang cukup menggiurkan,sebagai contoh saat ini di surabaya harga Cacing mencapai Rp. 30.000-Rp. 45.000 per Kg. namun seperti saya jelaskan tadi bahwa harga Cacing Sutra juga berfluktuatif megingat kita masih bersaing dengan pemburu Cacing Sutra di alam.
Seperti budidaya cacing pada umumnya modal awal dan perawatan cacing ini relatif murah dan mudah, tidak terlalu menyita waktu dan biaya, kita dapat menyesuaikan lingkungan dan kondisi kita.

Untuk memulai budidaya dan perawatan cacing sutra akan saya jelaskan di artikel selanjutnya.


Mengenal Cacing Sutra

Cacing tubifex adalah termasuk golongan cacing air, masyarakat umumnya mengenal dengan nama cacing sutra, cacing rambut, cacing darah atau cacing got
Cacing Sutra/www.caudata.org
Cacing sutra atau cacing rambut termasuk kedalam kelompok cacing–cacingan (Tubifex sp). Disebut cacing sutra karena cacing ini memiliki tubuh yang lunak dan sangat lembut seperti halnya sutra/rambut.

Tubifex sp. memiliki ukuran panjang 1-2 cm dengan warna kemerah-merahan. Cacing ini mempunyai saluran pencernaan berupa celah kecil dari mulut sampai anus, terdiri dari 30 – 60 segmen atau ruas. Sepintas tubifex tampak seperti koloni merah yang melambai-lambai karena warna tubuhnya.
Spesies ini mempunyai saluran pencernaan berupa celah kecil mulai dari mulut sampai anus. Cacing sutra (Tubifex sp) ini hidup berkoloni  Kebanyakan Tubifex membuat tabung pada lumpur di dasar perairan, di mana bagian akhir posterior tubuhnya menonjol keluar dari tabung bergerak bolak-balik sambil melambai-lambai secara aktif di dalam air, sehingga terjadi sirkulasi air dan cacing akan memperoleh oksigen melalui permukaan tubuhnya. Getaran pada bagian posterior tubuh dari Tubifex dapat membantu fungsi pernafasan.

  1. Siklus hidup.
Cacing sutra (Tubifex sp) adalah termasuk organisme hermaprodit. Pada satu individu organisme ini terdapat 2 (dua) alat kelamin dan berkembangbiak dengan cara bertelur dari betina yang telah matang telur. Telur cacing sutra (Tubifex sp) terjadi didalam kokon yaitu suatu bangunan berbentuk bangunan bulat telur, panjang 1 mm dan diameter 0,7 mm.  Telur yang ada didalam tubuh mengalami pembelahan, selanjutnya berkembang membentuk segmen-segmen. Setelah beberapa hari embrio cacing sutra (Tubifex sp) akan keluar dari kokon.Induk yang dapat menghasilkan kokon dan mengeluarkan telur yang menetas menjadi tubifex mempunyai usia sekitar 40-45 hari. Jumlah telur dalam setiap kokon berkisar antara 4-5 butir. Waktu yang dibutuhkan untuk proses perkembangbiakan telur di dalam kokon sampai menetas menjadi embrio cacing sutra membutuhkan waktu sekitar 10-12 hari. Daur hidup cacing sutra dari telur, menetas hingga menjadi dewasa serta mengeluarkan kokon dibutuhkan waktu sekitar 50-57 hari.

2.  Habitat yang baik

Cacing Tubifex banyak hidup di perairan tawar yang airnya jernih dan sedikit mengalir. Dasar perairan yang disukai adalah berlumpur dan mengandung bahan organik. Makanan utamanya adalah bahan-bahan organik yang telah terurai dan mengendap di dasar perairan.

Cacing sutra (Tubifex sp) umumnya ditemukan pada daerah air perbatasan seperti daerah yang terjadi polusi zat organik secara berat, daerah endapan sedimen dan perairan oligotropis. Spesies cacing Tubifex sp ini bisa mentolerir perairan dengan salinitas 10 ppt. Dua faktor yang mendukung habitat hidup cacing sutra (Tubifex sp) ialah endapan lumpur dan tumpukan bahan organik yang banyak.
Tubifex sp. dapat hidup di berbagai habitat. Mereka biasanya menguburkan diri dalam lumpur atau membuat liang di dalam lumpur. Mereka membuat tabung yang menetap atau dapat di bawa-bawa. Tabung tersebut dibuat dari lumpur, butir-butir mineral atau sampah yang dilekatkan satu sama lain dengan lendir. Namun kehadirannya di perairan sering dikatakan merupakan indikator pencemaran air. Tubifex berkembang baik pada media yang mempunyai kandungan Oksigen terlarut berkisar antara 2,75 – 5, kandungan amonia < 1 ppm, suhu air berkisar antara 28 – 30°C dan pH air antara 6 – 8.

3. Kandungan Gizi Tubifex sp

Sebagai pakan ikan hias air tawar, cacing ini mempunyai peranan yang cukup penting. Pakan dari cacing mampu memacu pertumbuhan ikan jauh lebih cepat dibanding pakan alami jenis lainnya. Hal ini disebabkan kandungan lemak dan protein cacing ini cukup tinggi. Cacing ini mempunyai kandungan protein 51,9 %, karbobidrat 20,3 %, lemak 22,3 %, dan bahan abu 5,3 %. Sedangkan asam amino penyusun proteinnya juga lengkap.



Referensi :

Cara Budidaya Cacing Fosfor Dengan Media Alam

Sebelumnya kita tahu kendala-kendala dalam mencoba membudidayakan cacing fosfor, di butuhkan persiapan-persiapan khusus dalam budidaya cacing fosfor
namun taukah anda bila kita sedikit kreatif kita dapat membudidayakan cacing fosfor dengan cara yang lebih sederhana namun cukup menguntungkan bila kita sanggup menerapkan metode ini dengan benar.
Sebenarnya cara ini bukan murni kita membudidayakan cacing fosfor, lebih tepatnya kita menangkap atau memancing cacing fosfor untuk masuk lingkungan yang kita siapkan dan sekaligus merawatnya.
Dengan mempertimbangkan fakta yang kita ketahui tentang cacing fosfor maka kita bisa memikirkan cara yang tepat.
Sedikit informasi tentang cacing fosfor      :
  • Cacing ini lebih nyaman ada di dalam jauh di bawah tanah , bila lumbricus rubellus nyaman di kedalaman 5-20 cm cacing fosfor  biasa masuk dalam tanah 50cm dalam tanah. 
  • Habit alaminya adalah tanah humus,gembur kelembaban tinggi cenderung berlumpur.
  • Cacing fosfor tidak mau lingkungan yang terlalu bau atau pekat dengan gas ammonia atau lingkungan dengan keasaman tinggi.
Setelah kita mengetahui karakter cacing ini,  berikut Cara Budidaya Cacing Fosfor Dengan Media Alam
  1.  Pertama kita harus mencari dulu lokasi yang tepat, tentunya habitat alami mereka (lembab/ber air, tanah humus dan kaya bahan organik). Lokasi yang paling masuk akal adalah sawah, kebun dan tanah didekat kadang hewan-hewan ternak.
  2. Setelah kita tentukan lokasi. Selanjutnya kita mulai membuat kandang buatan dengan cara membuat kubangan di tanah tersebut, tidak perlu terlalu dalam cukup sekitar 20cm sudah cukup.
  3. Langkah berikutnya adalah kita siapkan media dan makanan ekstra yang sekiranya disukai cacing (bisa apa saja asal organik), bahan-bahan tersebut kemudian di fermentasi. Setelah semua siap kita tuangkan media dan makanan tadi dalam kubangan yang telah kita buat sebelumnya.
  4. Setelah media dan pakan sudah kita tuang kita perlu menutupi kubangan tersebut agar terhindar dari lalat dan hewan lainya. Penutup boleh kita gunakan karung atau daun pohon pisang dan kita beri beban diatasnya agar penutup tidak kabur.
  5. Semua langkah sudah selesai kita tinggal menunggu hasilnya. Dua minggu hingga satu bulan berikutnya kita buka penutup dan abra-kadabra.... cacing siap di panen.
Prinsipnya adalah kita mengundang cacing untuk datang ke lingkungan yang telah kita siapkan, bagaimanapun juga cacing akan datang bila di suatu titik banyak sumber makanan dan tempatnya dirasa nyaman. So... buat cacing se cozy mungkin di lingkungan buatan kita.

note : Keberhasilan metode ini sangat bergantung pada pemilihan lokasi yang kita pilih dari awal.

Selamat mencoba...

Jenis Cacing Yang di Budidayakan

        Ada banyak sekali jenis cacing di dunia ini yang tinggal di berbagai macam habitat. Secara garis besar kita dapat mengelompokkan menjadi dua golongan yaitu Cacing Tanah dan Cacing Air.
Lumbricus Rubellus

Berikut yang termasuk golongan Cacing Tanah :
namun kelima cacing tersebut adalah jenis cacing tanah yang paling banyak di budidayakan.
Cacing Sutra
Untuk jenis Cacing yang termasuk golongan cacing air adalah :
  • Tubifex sp/Cacing Sutra
  • Polychaeta/Cacing Laut, 
  • Taenia/Cacing Pita, dan masih banyak lagi cacing air yang umumnya bersifat parasit
dari sekiat banyak jenis cacing air hanya cacing sutra yang punya potensi prospek bisnis.
dalam pembahasan kali ini saya  akan membahas lebih banyak tentang cacing tanah yang bisa kita budidayakan seperti Lumbricus Rubellus/Cacing Merah